Tuesday, April 27, 2010

Studi 750 Mahasiswa Papua Terganggu

SEMARANG (Suara Merdeka)- Tidak adanya perhatian pemerintah provinsi maupun pusat menyebabkan studi sekitar 750 mahasiswa asal Papua yang sedang menempuh pendidikan di beberapa perguruan tinggi di Semarang menjadi terganggu.

Pasalnya, saat menempuh studi di Kota Semarang, mereka tidak mempunyai tempat tinggal atau asrama, tidak mendapat bantuan beasiswa dan juga bahan makanan yang bisa menekan biaya hidupnya.

Anggota Komisi E DPRD Provinsi Papua Hagar Aksamina Madai saat berkunjung di Kantor Suara Merdeka Jalan Pandanaran 30 Semarang mengatakan, dari hasil dialog dengan sejumlah mahasiswa Papua di Semarang, permasalahan tersebut menyebabkan biaya hidup dan pendidikan mereka menjadi tinggi.

Para mahasiswa terpaksa mencari kerjaan sampingan guna menutup kebutuhan sehingga kuliah mereka terganggu. Akibatnya mereka juga tidak bisa menyelesaikan studi tepat waktu.

''Kami berharap pemerintah mau memerhatikan mahasiswa Papua yang studi di Kota Semarang dengan membangunkan satu unit asrama putra dan satu unit asrama putri. Dengan begitu biaya hidup menjadi lebih ringan dan mereka bisa fokus menyelesaikan kuliah tepat waktu,'' kata anggota DPRD yang membidangi masalah Pendidikan, Kesehatan, Kesejahteraan, Perempuan, Agama, Tenaga Kerja, dan Kependudukan ini pada Minggu (25/4).

Diungkapkannya, Depdagri dulunya pernah memberikan bantuan sementara kepada Provinsi Papua berupa asrama bagi mahasiswa Papua di Jalan Sriwijaya Semarang namun sudah ditari lagi sekitar tahun 2007.

Xaverius Kegie, mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Untag yang datang bersama Madai mengatakan, selama ini mereka belum mendapatkan perhatian baik dari pemerintah kota dan provinsi maupun pusat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama studi dan kos di Semarang, dia merasa kesulitan. (J12-61)