Tuesday, February 7, 2012

Papua Butuh Penyelesaian Unik

Jakarta - Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Papua, Lipiyus Biniluk, mengatakan perlu penyelesaian unik untuk mendamaikan Papua. "Masalah kami tak sama dengan daerah lain di Indonesia," ujarnya, Kamis 2 Desember 2012.

Ia mengatakan masalah yang terjadi di Papua disebabkan oleh berbagai macam hal. "Tak hanya konflik politik, melainkan juga konflik sosial dan ekonomi," ujarnya. Karena itu Lipiyus berharap segera dilakukan upaya untuk menyelesaikan masalah yang beragam ini.

Penyelesaian masalah tersebut tak cukup hanya dengan dialog antara pemerintah pusat dan rakyat Papua. "Ada pihak-pihak lain yang harus diajak," ujar Lipiyus.

Pihak-pihak yang dimaksud Lipiyus adalah aparat keamanan, gerilyawan, pengusaha, baik asing ataupun domestik yang beroperasi di Papua, serta orang-orang Papua yang berada di luar negeri. "Agar pembahasan mengenai masalah Papua yang beragam lengkap dibahas," ujarnya.

Lipiyus yang bersama timnya menemui Presiden SBY, Rabu 1 Februari 2012, menyambut baik upaya pemerintah pusat atas usulannya tersebut. "Rakyat Papua sudah lama menunggu respons ini," ujarnya.

Menurut Lipiyus, dalam pertemuan kemarin Presiden telah menugaskan Wakil Presiden Boediono untuk merintis dialog dengan rakyat Papua. "Mesti dilakukan dialog terbuka untuk selesaikan masalah Papua," ujar Lipiyus mengutip SBY.

Atas respons ini, Lipiyus akan segera pulang ke Papua untuk melakukan koordinasi dengan unsur-unsur pelaku dialog di sana. "Akan kami bahas segera format kerangka dialognya," ujarnya.

Pihaknya, kata Lipiyus, akan mensosialisasikan kabar ini kepada masyarakat di sana melalui Jaringan Damai Papua. "Agar unsur yang terlibat, dari gerilyawan hingga pengusaha, siap berdialog," ujarnya. Hal tersebut dilakukan semata untuk mengembalikan kedamaian di pulau paling barat Indonesia tersebut.

Lipiyus juga mengatakan kondisi fisik Papua saat ini amat memprihatinkan. "Secara batin apalagi," ujarnya. Ia mengatakan banyak warga Papua merasa tidak aman berada di tanahnya sendiri.

"Jika ada yang mengatakan kondisi di sana baik-baik saja, mereka belum benar-benar pergi ke jantung Papua," ia menuturkan.

"Mereka ingin ketenangan. Tak ingin lagi mendengar tembakan baik itu dari aparat keamanan maupun gerilyawan," ujar Lipiyus.