Tuesday, August 2, 2011

Kekerasan di Papua Berlanjut, 23 Orang Tewas

JAKARTA – Korban bentrokan antarwarga di Kampung Kimak, Distrik Ilaga,Kabupaten Puncak,Papua bertambah menjadi 19 orang.Pada saat hampir bersamaan, insiden berdarah juga terjadi di Jayapura.


Tiga orang penduduk sipil, warga Jayapura,dan satu anggota TNI tewas ditembak dan dibacok oleh sekelompok orang tak dikenal di sekitar Kampung Nafri,tepatnya pada Senin dini hari sekitar 03.15 WIT. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengungkapkan, suasana di Ilaga sudah bisa dikendalikan.

Untuk meredam bentrok susulan, Polda Papua sudah menerjunkan satu peleton Brimob. Saat ini seluruh personel Polsek Ilaga dan anggota Brimob yang diturunkan masih melakukan penjagaan di sekitar wilayah bentrokan,yakni di Kantor Polsek Ilaga dan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.

Hingga kemarin polisi belum menetapkan siapa tersangka, termasuk dalang penggerak kerusuhan tersebut.Menurut Anton, pihaknya saat ini masih dalam penanganan TKP dan mengumpulkan barang bukti dan saksi-saksi. “Selanjutnya pemeriksaan tersangka, kita tunggu saja perkembangannya,” ucap Anton di Mabes Polri Jakarta kemarin.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi memprihatinkan dinamika demokrasi di Kabupaten Puncak menimbulkan kekerasan dan korban jiwa.Karena itu,pihaknya meminta Gubernur Papua segera melakukan koordinasi dengan seluruh muspida supaya memantau dan melaporkan perkembangannya.

”Saya mengetahui bentrok di Papua itu dari SMS Gubernur, kemudian saya melaporkan perkembangannya pada presiden,”ungkapnya. Dari laporan yang diterima, dia melihat akar masalah sebenarnya adalah kurangnya komunikasi dan kelemahan dalam mengendalikan masalahmasalah emosional.

”Awalnya kan karena seorang calon tak bisa daftar menurut KPU karena satu parpol menarik dukungan, kemudian tidak memenuhi syarat.Lalu marah dan bentrok.Sederhananya kan begitu. Maka itu, saya minta sudahlah jangan demokrasi berujung bentrok karena budaya ketimuran kita semua bisa dimusyawarahkan,”katanya.

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengimbau semua pihak yang terlibat konflik di Kabupaten Puncak bisa menahan diri sehingga kerusuhan tidak makin meluas.Terhadap para calon kepala daerah, dia meminta mereka tidak membenturkan konflik tersebut menjadi konflik horizontal di tengah masyarakat.

”Jangan hanya karena elite politik yang bertikai dalam menghadapi pilkada, sampai mengorbankan rakyat,” kata Priyo Budi Santoso di Jakarta kemarin. Bentrokan berawal saat Simon Alom mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 30 Juli 2011 sebagai calon Bupati Kabupaten Puncak,namun berkas ditolak karena partai pendukungnya telah mencabut dukungannya.

Thomas Tabuni, Ketua DPC Partai Gerindra, yang semula mendukung Simon Alom ternyata mencabut dukungannya.Akibatnya, massa pendukung Simon Alom yang merupakan mantan Penjabat Sementara Bupati Puncak Jaya pun marah dan menyerang massa Thomas Tabuni sehingga terjadi bentrok.

Pasukan Brimob Bawah Komando Operasi (BKO) dan anggota Polsek Ilaga sebenarnya sempat menghalau kedua kelompok tersebut agar tidak saling serang. Namun, keadaan gagal dikendalikan,karena kedua kelompok menggunakan panah dan batu.

”Bahkan satu anggota Brimob atas nama Bripda Frans terkena anak panah, namun tidak parah. Akibat bentrokan itu,jatuh korban dua orang meninggal dan satu orang luka-luka,”kata Anton. Keesokan harinya, 31 Juli 2011, di lokasi yang sama terjadi bentrok saling serang mengakibatkan rumah Thomas Tabuni,mobil dinas dan sebuah rumah mengalami kerusakan, serta Kantor KPU dibakar massa.

Akibat bentrokan tersebut, dari kelompok Thomas Tabuni jatuh 13 korban dan kelompok Simon Alom yang tewas empat orang. Koordinator Divisi Hukum dan Logistik Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Puncak Irianus Kiwak di Jayapura mengungkapkan, peristiwa tersebut bermula dari pendaftaran bakal calon bupati Elvis Tabuni- Heri Dosinay yang diusung Partai Gerindra pada Rabu (27/7) ke KPU setempat dan diterima.

Sementara pada Sabtu (30/7) bakal calon bupati Simon Alom - Yosian Tenbak juga mendaftar ke KPU Puncak, tetapi ditolak sebab menggunakan partai yang sama yakni Gerindra.

”Nah, dari sinilah awal permasalahan tersebut terjadi karena ada dualisme dukungan partai pengusung terhadap bakal calon bupati. Massa Elvis Tabuni-Heri Dosinay dan massa Simon Alom-Yosian Tenbak terlibat bentrok di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak yang mengakibatkan ada korban jiwa dan materi,”katanya.

Namun,pernyataan KPU dibantah Gerindra.Menurut Gerindra Cabang Puncak,Papua, kerusuhan itu justru disebabkan KPUD yang tidak netral.” Gerindra hendak mendaftarkan pasangan Simon Alom- Heri Kosnai,tapi KPUD Puncak menolak, dengan alasan, ada dualisme rekomendasi,” kata Wakil Ketua Partai Gerindra Provinsi Papua,yang juga ketua DPC Gerindra Kabupaten Puncak, Amir Mahmud Madubun,di Jayapura kemarin.

Madubun menegaskan bahwa partainya hanya mendukung satu pasangan calon,yakni pasangan Simo Alom-Heri Kosnai. Dia mengatakan, sesuai dengan aturan partai, calon kepala daerah yang diusung bertarung di pilkada harus mendapat rekomendasi DPP Gerindra.Simon Alom sudah mendapatkannya secara resmi.

”Yang diusung secara resmi oleh Partai Gerindra hanya Simon Alom,”kata dia. Adapun dukungan kepada pasangan Elvis Tabuni-Yosi Tembak tidak mewakili Gerindra. DPC Gerindra Kabupaten Puncak di bawah pimpinan Thomas Tabuni, yang merekomendasikan pasangan Elvis Tabuni- Yosi Tembak,sudah diganti dari jabatannya sejak 28 Juli.

Madubun menandaskan, dalam tahapan pendaftaran semua calon harusnya diterima dahulu, kemudian diverifikasi. Jika hasil verifikasi calon dinyatakan tidak memenuhi persyaratan, baru dianggap tidak lolos.”Tapi, yang terjadi saat kami mendaftarkan pasangan yang diusung partai secara resmi, KPU menolak dengan alasan, ada dualisme rekomendasi, sehingga harus diselesaikan dulu secara partai.KPU kan sudah kerja tidak sesuai aturan,” ungkap dia.

Jika tidak ada kerusuhan, KPU akan melangsungkan tahapan verifikasi pasangan calon Senin kemarin. Pencoblosan Pilkada Kabupaten Puncak dijadwalkan berlangsung 9 November 2011dan pemerintah setempat telah mengucurkan dana untuk pesta demokrasi masyarakat Puncak itu Rp16miliar.

Sampai saat ini sudah ada lima pasangan calon bupati yang mendaftarkan diri di KPU dan satu di antaranya lewat jalur independen.Kelima pasangan itu adalah Wilem Wandik - Repinus Telenggen, Elvis Tabuni - Heri Dosinay, Ruben Wakerkwa - Septinus Pahabol, Petrus Tabuni - Jansen Fernando Tinal, serta pasangan Yopie Murib - Yoel Yolemak dari jalur independen.

Empat Tewas di Jayapura

Pada waktu hampir bersamaan, insiden berdarah juga terjadi di Jayapura.Tiga orang penduduk sipil, warga Jayapura,dan satu anggota TNI tewas ditembak dan dibacok oleh sekelompok orang tak dikenal di sekitar Kampung Nafri pada Senin dini hari sekitar 03.15 WIT.

Polresta Jayapura dibantu anggota Brimob dan TNI telah melakukan penyisiran di sekitar TKP.Namun, sampai berita ini diturunkan aparat belum berhasil menangkap pelaku pembunuhan. Pelaku diduga merupakan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) karena di TKP tertancap bendera OPM.

Selain mengakibatkan empat orang tewas, tujuh orang lainnya juga masih dirawat secara intensif, lima orang dirawat di RS Abepura, dan dua lainnya di RS Bhayangkara. Korban tewas adalah Pratu Don Keraf anggota 756, Sardi, supir warga Koya Timur, dan sepasang suami-istri,Wisman dan Titin.

Anton Bachrul Alam menuturkan, insiden yang menewaskan empat korban tewas tepatnya terjadi di Tanjakan Gunung Merah. Insiden diawali dengan penghadangan terhadap sebuah mobil perdesaan yang berisi sembilan orang. Para pelaku menebang pohon berukuran besar untuk menghalangi jalan mobil tersebut.

“Nah,setelah itu terjadilah penembakan terhadap masyarakat yang ada di mobil itu,” ucapnya. Kerusuhan juga terjadi di Kabupaten Paniai,Papua,Jumat (29/7) lalu. Bentrokan baku tembak terjadi antara OPM dan Brimob BKO Polres Pinai. Kejadian berawal pada pukul 07.20 WIT, sekitar 16 orang OPM yang lima di antaranya membawa senjata api laras panjang mendatangi proyek pembangunan Tower TV Papua.

Seorang yang membawa senjata api laras panjang mendatangi pekerja tower dan melarang mereka meneruskan pekerjaan. “Para pekerja langsung melaporkan ke kantor kepolisian terdekat. Polisi langsung menerjunkan Brimob ke TKP. Setibanya di TKP, pasukan Brimob disambut dengan tembakan, sehingga tembakan balasan pun dilepaskan Brimob BKO,”papar Anton. krisiandi sacawisastra/ m sahlan/ant

Sumber; http://www.seputar-indonesia.com