TEMPO Interaktif, Jayapura - Organisasi Papua Merdeka (OPM) membantah kabar penangkapan anggotanya oleh tim gabungan TNI/Polri dalam sebuah penggerebekan di kompleks Vuria, Kotaraja, Jayapura, tepat pada perayaan Idul Fitri 1432 Hijriah, Rabu, 31 Agustus 2011.
OPM menegaskan klaim yang menyebutkan bahwa anggotanya dibekuk itu tidak benar. "Anggota saya tidak ada yang keluar, semua ada di tempat. Tidak ada yang tertangkap, jadi saya tidak bisa berikan tanggapan," kata Ketua Dewan Tertinggi Revolusi Organisasi Papua Merdeka Lambert Pekikir, Kamis, 1 September 2011.
Ia mengatakan seluruh perjuangan menuju kemerdekaan Papua sudah diserahkan pada dunia internasional. "Jadi, tidak ada yang boleh angkat senjata. Kalau ada yang berperang dan tertangkap, itu bukan tanggung jawab saya," ujarnya.
Dalam penyergapan Rabu siang, sedikitnya 13 warga Papua digelandang kepolisian dan diperiksa. Dua di antaranya, EK dan PK, resmi dijadikan sebagai tersangka atas kasus pembunuhan seorang sopir di Abepura, Jayapura, 6 Juni 2011. Keduanya juga terlibat penghadangan serta penembakan mobil di Kampung Nafri, 1 Agustus 2011 lalu.
Sementara itu, mereka yang diringkus kemarin adalah Yawenus Kogoya, Tinus Wenda, Siki Kogoya, Arinus Wenda, Metius Kogoya, Biben Kogoya, Yusman Kogoya, Marianus Kogoya, Mis Kogoya, Budi Kogoya, Uwen Wenda, Denias Kogoya, Ekimar Kogoya, Panius Kogoya, dan Yeskiel Kogoya.
"Betul, kemarin ada penangkapan. Untuk nama Demi Erika belum bisa kami sampaikan karena masih dikembangkan kasusnya," kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Wachyono hari ini.
Dalam penyisiran tim gabungan, gembong pelaku penembakan, yaitu Danny Kogoya, berhasil meloloskan diri. Danny diduga sebagai otak di balik serangan terhadap warga sipil dan seorang anggota TNI, 1 Agustus 2011. Saat itu, Pratu Don Keraf, Sardi, serta sepasang suami-istri, Yusman dan Titin, tewas dibantai menggunakan alat tajam.
"Saya tidak tahu siapa mereka, itu mungkin OPM piaraan. Ada banyak OPM yang tidak jelas yang sengaja membuat ulah. Ini tugas pihak keamanan Indonesia untuk menghukum mereka," kata Pekikir. (Jerry Omona)