BIAK-Kunjungan Sekretaris I Bidang Politik Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat, Melanie Higgins ke Papua, merupakan salah satu wujud komitmen Amerika terhadap penyelesaian masalah-masalah yang terjadi di Papua. Sehingga kehadiran utusan kedubes itu, diharapkan harus terbuka kepada masyarakat Papua dan jujur membawa masalah Papua untuk mendapatkan solusi internasional yang jelas.
“Mereka yang datang ini harus jujur, sehingga masalah Papua tidak ditutupi di forum internasional, sebab masalah Papua pernah dibicarakan di sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beberapa waktu lalu ,” jelas Ketua Dewan Adat Papua di wilayah Biak Numfor dan Supiori, Yan Pieter Yarangga kepada Bintang Papua, Minggu (13/2).
Hal ini menanggapi kunjungan Utusan Kedubes Amerika Serikta selama beberapa hari di Biak. Menurutnya, komitmen Amerika itu telah diwujudkan lewat kunjungan staf Kedubes Amerika ke Papua dalam rangka pengawasan dan pemantauan terhadap pembangunan di Papua. Dan dari kunjungan itu yang perlu diketahui secara langsung oleh utusan tersebut, yakni adanya kegagalan pelaksanaan UU nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua terhadap pembangunan dan kesejahteraan orang asli Papua. Dan terkait masalah hukum dan HAM terhadap orang Papua yang tidak pernah selesai, serta hak-hak dasar orang Papua yang selama ini telah dikebiri.
“Tiga hal itu pernah disampaikan pada sidang umum PPB tahun lalu, sehingga kunjungan ini harus sejujurnya mambawa aspirasi orang asli Papua dan masalah-masalah Papua yang belum terselesaikan ini ,” ujarnya.
Kedatangan dan kunjungan kerja staf kedubes Amerika Serikat ke Biak dimulai 12-17 Februari 2011. Selain juga akan melakukan petemuan dengan pemerintah daerah setempat, serta dewan adat, staf kedubes Amerika itu akan mengunjungi beberapa lokasi didaerah ini, antara lain Pantai Wari Distrik Biak Utara, Biak Timur dan pulau Owi.
Lebih lanjut hal lain, sejak kedatangan staf kedubes Amerika itu di Bandara Frans Kaisiepo Biak, Sabtu (12/2), sempat sejumlah kalangan wartawan merasa kecewa karena dilarang meliput serta mengambil gambar staf Kedubes Amerika Serikat Melanie Higgins. “Pelarangan wartawan untuk meliput kegiatan adalah bentuk pelanggaran Undang-Undang Pokok Pers tahun 1999 karena telah menghalangi dan menghambat profesi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistik ,” ujar ketua Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Papua, Viktor Mambor.
Namun menurut dia, jika nara sumber yang menolak untuk diwawancarai, hal itu harus bisa dihargai oleh wartawan. Sehingga kebenaran hal itu akan ditelusuri oleh anggota AJI yang berada di daerah ini, jika ditemukan bukti adanya pelarangan, maka AJI segera akan menindaklanjuti masalah itu sesuai aturan yang berlaku.
Popy, salah seorang reporter radio, mengakui, dirinya sangat kecewa dengan adanya pembatasan larangan meliput kegiatan kunjungan staf Kedubes Amerika Serikat saat tiba di Bandara Frans Kaisiepo. "Wartawan sudah diberitahu pejabat setempat tidak usah mengambil gambar,"ungkap Popiy dalam pesan singkat seperti dilansir Antara.
Sementara itu, wartawan Senior Biak Radot Gurning mengakui, adanya larangan wartawan meliput kegiatan merupakan bentuk pelanggaran Undang-Undang Pokok Pers tahun 1999 karena menghalangi dan menghambat profesi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. "Pelarangan liputan wartawan tidak semestinya dilakukan pihak manapun, justru masyarakat harus memberi akses kelancaran pers menjalankan profesinya," kata sejumlah wartawan di Biak.
Secara terpisah Kepala Bagian Humas/Protokoler Pemkab Biak Harun Rumkabas ketika dikonfirmasi, Sabtu malam membenarkan adanya permintaan larangan liputan dari staf kedubes Amerika saat mendarat di Bandara Frans Kaisiepo. "Permintaan larangan liputan bagi wartawan atas keinginan pihak staf kedubes, ya teman-teman wartawan harus menghormati permintaan ini,"ujarnya. (pin/binpa/don/03)
Sumber: http://www.bintangpapua.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8644:as-diminta-tak-tutupi-masalah-papua&catid=25:headline&Itemid=96
Tuesday, February 15, 2011
AS Diminta Tak Tutupi Masalah Papua
2/15/2011 12:01:00 AM
Elsham News Service
Related Posts / Artikel Terkait :
Journalists
- Czech journalist detained, deported from Indonesia
- Media Asing Dibatasi Liput Papua
- Indonesia Falls 29 Places in World Index
- LP3BP protests after TV journalist beaten by local district chief in South Sorong
- Papua regent accused of beating journalist
- Presiden Diminta Izinkan Bupati Diperiksa Polisi
- Polisi Proses Kasus Pemukulan Wartawan oleh Bupati Sorsel
- Bupati Sorong Selatan Dilaporkan Pukul Reporter TOP TV
- Kebebasan Pers Belum Optimal
- AJI Anugerahi Radio Pikon Ane SK Trimurti Award
- Wartawan Asing Bebas Liput Papua
- Lemhanas to study Papua problem from an anthropologic perspective
- Forum Asia Minta Penusuk Jurnalis Papua Ditangkap
- Kondisi Kesehatan Bram Makin Membaik
- WEST PAPUA: Police probe stabbing of Jakarta Globe journalist investigating police sex crimes
- Does West Papua Have A Publicity Problem?
- Un journaliste français interpellé en Papouasie occidentale
- Police chief in Papua attacks media for painting a bleak picture
- Imigrasi Papua tahan dua wartawan Prancis
- Imigrasi Papua tahan dua wartawan Prancis
- French Reporters Detained for Violating Visa
- Ben Bohane's retrospective on Pacific war reporting
- Witness to horror
- A journalist's gamble with Indonesia's special forces
Papua Autonomy
- Pemerintah siapkan peraturan presiden soal percepatan Papua
- Indonesia: ‘Nothing controversial’ in leaked West Papua report
- Anatomy of an Occupation: Indonesian Military in West Papua
- Aceh serves as model for Papua
- Kapan Pemerintah Mau Dialog Soal Papua?
- Horizontal-Vertikal Bersamaan
- The case for West Papuan self–determination
- Dialogue and Demilitarization Needed in Papua: Imparsial
- Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat
- Penyelesaian Konflik Papua dengan Dialog
- Ekonomi Bisnis Finansial Pemerintah Kaji Format Penataan Papua
- Polisi Kirim Densus 88 ke Papua
- RI Berusaha Minimalisir Dampak Demo Papua
- Soal Papua, Pemerintah Harus Cantik Berdiplomasi
- Mendambakan “Surga Kecil”, Tanah Papua
- Isu Kesejahteraan Picu Kekerasan Papua
- Papuans demand more attention
- Pay serious attention to Papua, govt told
- Dialog, Satu-satunya Solusi Masalah Papua
- Empat Sekolah, Hanya Ada 2 Guru
- KRI Teluk Parigi-539 Angkut Pasukan Marinir ke Marauke
- KRI Teluk Parigi-539 Angkut Marinir ke Biak
- Gelar UN, Biak Alokasikan Rp 2,1 Miliar
- Di Jayawijaya, Dua Sekolah Tak Ikut UN
Problems
- Timor solution a 'terrible idea'
- Does West Papua Have A Publicity Problem?
- A worm inside the new Indonesia
- Mega atau Miniproyek untuk Papua?
- BUPATI BIAK MINTA KUNJUNGAN KEDUTAAN AMERIKA TAK MENYINGGUNG POLITIK
- Tak jelas laporan utusan SBY di Papua
- Presiden Diminta Buka Dialog Baru dengan Papua
- Churches demand probe of shooting incidents
- West Papua Report August 2010
- Papuans Rally for Independence from Indonesia
- Vanuatu foreign minister urged to snub Indonesia over Papua issue
- General Election 2010: How well do we really know David Cameron?
- Tindak Perusahaan Penambangan Liar di Papua
- Penebangan Liar Marak Selama Reformasi, 25 Persen Hutan Papua Hilang
- Dialog Jakarta – Papua Ibarat ‘Rebus Batu Dalam Kuali’
- Bikin Onar, Polisi PNG Dipulangkan
- Panah Lukai Dua Warga Timika
- Papua Berpotensi Besar Pecah 10 Tahun Mendatang
- Obama, Yudhoyono, Papua And Global Peacebuilding
- SBY, Obama Could be Partners for Peace
- TAWARAN KONSEP DIALOG JAKARTA – PAPUA
- 12 Rute Aman Papua Segera Dibakukan
- Papua 'ready to explode'
- 5 Juta Ha Lahan Transmigrasi di Papua Barat