TEMPO Interaktif, Jayapura - Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura lumpuh karena para perawat dan bidan mogok selama sepekan. Akibatnya aksi para perawat dan bidan itu pasien dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Abepura. “Hampir sepekan ini, banyak pasien dari daerah sekitar Jayapura berobat ke Abepura yang berjarak hampir 20 kilometer,” kata Direktur RSUD Abepura Aloysius Giay di Jayapura, Kamis (10/3) siang tadi.
Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Abepura melonjak hingga 250 persen dari biasanya. Petugas rumah sakit terpaksa mengeluarkan tempat tidur bekas dari gudang ataupun bangsal yang masih bisa dipakai. “Satu hari kami bisa melayani lebih dari seribu pasien baru,” dia menjelaskan.
Selain bangsal yang kurang, Rumah Sakit kekurangan kebutuhan baju steril di ruang operasi. Jumlah pasien yang menjalani operasi bertambah. “Jika baju operasi dipakai pagi ini terus dicuci, tidak bisa langsung dipakai lagi setelah kering, karena harus mengalami proses sterilisasi. Sehingga membutuhkan waktu lama,” dia menuturkan.
Angel Imbiri, pasien RSUD Abepura mengaku harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer untuk berobat jalan. “Hari ini seharusnya check up rontgen di Ruang Radiologi. Karena petugas di ruangan itu tak ada dan tak ada pelayanan dokter, maka kami putuskan berobat ke RSUD Abepura,” kata dia.
Adapun RSUD Dok II Jayapura masih tak melayani pasien baru. Bangsal-bangsal pasien sudah tak terlihat. “Ruang Instalasi Gawat Darurat tak menerima pasien baru,” kata Jack, seorang satpam di tempat itu.
Aksi mogok perawat dan bidan rumah sakit pemerintah terbesar di Papua itu dipicu penolakan pemerintah Papua membayar insentif senilai Rp 14 miliar selama Januari sampai Desember 2010. “Dokter juga tak mau melakukan tindakan medis apapun sejak mogok tersebut, karena tidak ada perawat dan bidan yang membantunya,” Jack menjelaskan.
Koordinator Persatuan Perawat dan Bidan RSUD DOk II Jayapura, Lenny Ebe menyesali tindakan pemerintah Papua. Alasannya sesuai Surat Keputusan Gubernur Nomor 125 Tahun 2010, perawat dan bidan berhak menerima insentif khusus sebesar Rp 3 juta per orang per bulan. “Tetapi secara mendadak, Gubernur Papua Barnabas Suebu membatalkan dengan SK 144/2010 karena status PNS’," kata Lenny di Jayapura.
Cunding Levi
Source:
Friday, March 11, 2011
Perawat Mogok, Pasien RSUD Abepura Membludak
3/11/2011 06:19:00 AM
Elsham News Service
Related Posts / Artikel Terkait :
pangdam XVI cenderawasih
- PT Freeport Setor Pajak 692 Juta Dolar AS
- Lemhanas to study Papua problem from an anthropologic perspective
- Pay serious attention to Papua, govt told
- Lemhannas favors soft approach in solving conflict
- OPM Jangan Dilawan dengan Milisi Tandingan
- Seminar Papua Barat di Oxford Hanya Media Provokasi
- Peristiwa Berdarah di Papua tak Berhubungan dengan Konferensi Papua Barat di London
- Soal Referendum Papua, DPR Ajukan 3 Permintaan ke Pemerintah
- Wakil Ketua DPR RI : Inggris Jangan Main Api !
- Ada Apa dengan Pepera?
- OPM: Mengambil Jalan Aceh
- Report of Human Rights Violations in Papua since 1969
- Aktivis Kemerdekaan Papua Kumpul di London
- Conference to look at Papuan self-determination
- Indonesia hindering prosperity of our region over West Papua, says PNG leader
- London rally demands Papuan independence
- Deadly Political Violence in Indonesian Province
- Despite Deaths, Independence Protests Continue in Indonesia
- KPU Tambrauw Tunda Pleno Hasil Pemilukada
- Presiden: Gunakan Pendekatan Persuasif
- Sorry: Indon Army Backs Down Over Threats
- War Crimes Court ‘Could Protect TNI’
- OPM: Kami Tak Bertanggung Jawab Atas Penembakan di Papua
- Mabes Polri Kirim Tim Selidiki Bentrok di Papua
- Rakyat Papua Inginkan Referendum
Papua Autonomy
- Pemerintah siapkan peraturan presiden soal percepatan Papua
- Indonesia: ‘Nothing controversial’ in leaked West Papua report
- Anatomy of an Occupation: Indonesian Military in West Papua
- Aceh serves as model for Papua
- Kapan Pemerintah Mau Dialog Soal Papua?
- Horizontal-Vertikal Bersamaan
- The case for West Papuan self–determination
- Dialogue and Demilitarization Needed in Papua: Imparsial
- Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat
- Penyelesaian Konflik Papua dengan Dialog
- Ekonomi Bisnis Finansial Pemerintah Kaji Format Penataan Papua
- Polisi Kirim Densus 88 ke Papua
- RI Berusaha Minimalisir Dampak Demo Papua
- Soal Papua, Pemerintah Harus Cantik Berdiplomasi
- Mendambakan “Surga Kecil”, Tanah Papua
- Isu Kesejahteraan Picu Kekerasan Papua
- Papuans demand more attention
- Pay serious attention to Papua, govt told
- Dialog, Satu-satunya Solusi Masalah Papua
- Empat Sekolah, Hanya Ada 2 Guru
- KRI Teluk Parigi-539 Angkut Pasukan Marinir ke Marauke
- KRI Teluk Parigi-539 Angkut Marinir ke Biak
- Gelar UN, Biak Alokasikan Rp 2,1 Miliar
- Di Jayawijaya, Dua Sekolah Tak Ikut UN
Berita Daerah realita hidup
- PT Freeport Setor Pajak 692 Juta Dolar AS
- Lemhanas to study Papua problem from an anthropologic perspective
- Pay serious attention to Papua, govt told
- Lemhannas favors soft approach in solving conflict
- OPM Jangan Dilawan dengan Milisi Tandingan
- Seminar Papua Barat di Oxford Hanya Media Provokasi
- Peristiwa Berdarah di Papua tak Berhubungan dengan Konferensi Papua Barat di London
- Soal Referendum Papua, DPR Ajukan 3 Permintaan ke Pemerintah
- Wakil Ketua DPR RI : Inggris Jangan Main Api !
- Ada Apa dengan Pepera?
- OPM: Mengambil Jalan Aceh
- Report of Human Rights Violations in Papua since 1969
- Aktivis Kemerdekaan Papua Kumpul di London
- Conference to look at Papuan self-determination
- Indonesia hindering prosperity of our region over West Papua, says PNG leader
- London rally demands Papuan independence
- Deadly Political Violence in Indonesian Province
- Despite Deaths, Independence Protests Continue in Indonesia
- KPU Tambrauw Tunda Pleno Hasil Pemilukada
- Presiden: Gunakan Pendekatan Persuasif
- Sorry: Indon Army Backs Down Over Threats
- War Crimes Court ‘Could Protect TNI’
- OPM: Kami Tak Bertanggung Jawab Atas Penembakan di Papua
- Mabes Polri Kirim Tim Selidiki Bentrok di Papua
- Rakyat Papua Inginkan Referendum
Kesehatan
- 16 Rencana Aksi Pemerintah untuk Papua dan Papua Barat
- Mereka Terpaksa Berganti Nama untuk Menutupi HIV
- Papua to Require Male Circumcision in AIDS Fight
- Papua Barat Kekurangan Dokter
- 701 Warga Papua Meninggal akibat HIV/AIDS
- Dokter Spesialis Enggan Mengabdi di Merauke
- Delapan Ibu Hamil Positif HIV/AIDS
- Against All Odds: HIV/AIDS Epidemic Among Indigenous Papuans
- AIDS di Papua Barat Tembus 2.209 Kasus
- HIV/AIDS di Biak Tertinggi Ke-5 di Papua
- Uupps...Kasus HIV/AIDS di Papua Mencapai 7.300
- Perawat Papua Tuntut Pembayaran Tunjangan
- Cegah Flu Babi, Ternak Diperketat
- Persoalan Kesehatan di Indonesia Timur Tertinggal
- Era Otsus, Bidang Kesehatan di Papua Bagai “Lompat”
- Suplemen Antijantung Koroner Ditemukan
- 12 Kasus Anak Pengidap HIV/AIDS di Jayapura
- Rabies on our doorstep
- Unicef Biayai Program Air Bersih Papua Rp2,7 M
- Unicef Biayai Program Air Bersih Papua Rp2,7 M
- Sorsel Gencar Bangun Fasilitas Kesehatan
- Gagal Jadi Polisi Akibat Perbesar Kelamin
- 32 Tindakan untuk Capai MDG Ditetapkan
- Indonesia Bebas Malaria Tahun 2030