Jurnas.com | KEKERASAN di Papua kerap pecah di momen tertentu, termasuk bulan Agustus. Selain itu, 1 Desember juga rawan konflik.
”Masyarakat Papua sendiri bertanya-tanya, kontak senjata murni rekayasa, atau kontak senjata yang benar-benar terjadi antara TNI dengan OPM," kata peneliti senior LIPI, Ikrar Nusa Bhakti, Senin (8/8).
Bulan lain yang kerap muncul konflik adalah menjelang 1 Juli, menjelang 17 Agustus, dan menjelang November. Ikrar menuding OPM sebagai gerakan atau kelompok yang dipelihara TNI. Ikrar menyimpulkan, sebagian masyarakat Papua tidak percaya OPM yang masyarakat asli Papua membunuh masyarakat sipil di Papua.
”Ada pertanyaan, apakah pelaku kekerasan benar-benar OPM atau OPM bohongan. Masyarakat Papua curiga OPM dipelihara TNI,” katanya.
Ia tak tahu pasti berapa besaran masyarakat Papua antara yang mendukung NKRI dan yang mendukung Papua merdeka. Kendati demikian, dia juga melihat kalangan internasional yang mendukung kemerdekaan Papua tidak besar. Namun ia meminta agar kalangan internasional tidak remehkan, seperti International Lawyers for West Papua.
Kelompok-kelompok internasional pendukung Papua merdeka itu bisa menjadi besar. Meski sekarang ini cuma di Inggris, tapi bisa juga berkembang ke negara-negara lain, khususnya negara-negara yang pernah mendukung Timor Timur.
”Kita juga harus bisa menandingi media-media luar yang terus menyuarakan kemerdekaan Papua," katanya. Soal intervensi asing, Ikrar tidak tahu pasti. "Yang jelas parlemen Inggris tidak pernah mendukung Papua merdeka," katanya. Penulis: Oscar Ferri
Sumber; http://www.jurnas.com