Jakarta - Serangkaian kerusuhan di Papua akhir-akhir ini menunjukkan bahwa masalah di Papua makin rumit. Pendekatan kemakmuran dengan memberikan dana otonomi khusus (otsus) saja tak cukup. Papua membutuhkan dialog dengan Pemerintah Pusat.
"Masalah Papua bukan menggelontorkan dana besar di sana, tapi bagaimana menciptakan situasi yang adil di sana dengan melibatkan tokoh-tokoh untuk berdialog," ujar anggota subkomisi mediasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) M Ridha Saleh yang menangani masalah Papua.
Ridha mempertanyakan hasil dari dana otsus Papua yang digelontorkan pemerintah pusat dan menegaskan bahwa pemerintah harus segera menggelar dialog, termasuk dengan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Berikut wawancara detikcom dengan Ridha Saleh, Kamis (4/8/2011):
Apa penyebab serangkaian kekerasan di Papua akhir-akhir ini?
Masalah Papua tidak bisa dilihat sepotong-sepotong. Papua harus dilihat utuh, sekarang ini problem makin crowded, makin ribet, susah. Harus dilihat banyak sekali dimensi yang mempengaruhi situasi Papua ini.
Tidak hanya situasi politik, tapi juga ekonomi, ketidakadilan, pelanggaran HAM, korupsi macam-macam, itu harus ditempatkan sebagai satu masalah untuk melihat Papua.
Kejadian kerusuhan kemarin di Puncak Jaya, adanya konflik antarsuku disebabkan pendaftaran pemilukada, harus ditempatkan dalam situasi di Papua secara menyeluruh. Kemudian soal penembakan akhir-akhir ini terjadi, tidak bisa dilihat itu adalah tindakan terpisah dari berbagai masalah lain.
Penyelesaian masalah Papua harus diprioritaskan. SBY harus prioritaskan penyelesaian Papua ini secepatnya.
Ada 2 level. Pertama, penyelesaiannya melalui kelompok OPM. Kelompok OPM ini keberadaan mereka harus dilihat sebagai satu kelompok yang perjuangannya sekarang sudah lebih jauh meminta keadilan. Dari faktar ini, segera mereka didekati. Tidak boleh lagi dengan cara memburu, menembak, ada pendekatan yang lain.
Kedua, penyelesaian menyeluruh melalui dialog, yang sekarang didengungkan semua pihak ini. Mendialogkan situasi Papua, menyeluruh, kasus pelanggaran HAM, ekonominya.
Dari tahun ke tahun, Pemerintah menuding serangan ini dilakukan kelompok separatis OPM, benarkah itu? Sedangkan OPM sendiri menolak bertanggung jawab?
Ciri-ciri dari peristiwa OPM itu biasanya OPM menembak dan bertanggung jawab terhadap peristiwa. OPM akhir-akhir ini tidak pernah menyampaikan statemen mereka bertanggung jawab.
Banyak pendapat di Papua, intelektual, tokoh-tokoh gereja di Papua, ada OPM yang dibina kelompok tertentu. Ada OPM yang betul-betul secara historis mereka mengangkat senjata karena ketidakaduilan. Harus dilihat peristiwa penembakan akhir-akhir ini, kelompok yang menginginkan keadilan itu atau memang kelompok yang menginginkan Papua tidak aman.
Siapa kelompok tertentu itu? Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menduga adanya kemungkinan dukungan internasional terhadap aksi separatisme di Papua, itu bagaimana?
Mungkin yang saya maksudkan bahwa kelompok gerakan Papua ini, OPM, memang punya jaringan internasional yang menginginkan keadilan di Papua ini. Tapi kelompok yang diduga dibentuk kelompok tertentu yang menginginkan agar Papua ini tidak stabil. Seperti penembakan beberapa kali ini, banyak pendapat di Papua bukan dari kelompok OPM, walaupun aparat menuduh ini kelompok OPM.
Makanya pemerintah harus ambil tindakan gelar dialog, negosiasikan, membicarakan situasi ini dengan kelompok OPM.
Tahapannya bisa dilakukan pada kelompok yang mengatasnamakan dirinya OPM yang perjuangkan keadilan atau segera melakukan dialog yang segera dituntut masyarakat Papua selama ini.
Sudah berjalankah dialog Pemerintah Pusat-Papua ini?
Belum ada, itu apa yang diinginkan oleh orang Papua ini. Ini pemerintah selalu lambat, tidak ada respon, tidak peka.
Masalah Papua bukan masalah menggelontorkan dana besar di sana, tapi bagaimana menciptakan situasi yang adil di sana dengan melibatkan tokoh-tokoh untuk berdialog.
Padahal dana otus Papua selama ini sudah begitu besar?
Tapi apa hasilnya? Ya juga ada korupsi, tapi nggak ada yang signifikan mempengaruhi. Pemerintah cepat berdialog sebelum terjadi sesuatu yang lebih besar.
TNI sudah melakukan program seperti Tentara Manunggal Masuk Desa, namun KSAD mengindikasikan tidak menutup kemungkinan adanya langkah militer bila separatis itu juga represif? Sudah sesuaikah langkah itu?
Pendekatan represif sudah tidak boleh lagi, karena TNI tidak boleh membabi buta melihat Papua. Tuntutan Papua yang kami terima, kami sudah bertemu dengan kelompok OPM di sana, tuntutan itu ada 3 hal, yaitu:
1. Mereka inginkan tidak ada lagi operasi militer dan menarik seluruh pasukan, yang BKO-BKO itu. Yang ada hanya organik, mereka setuju.
2. Mereka juga inginkan agar aspirasi politik mereka ini tidak boleh distigmatisasi, dituduh OPM, dihina.
3. Pendekatan keamanan harus segera dihentikan sedikit
Penyelesaian masalah Papua tidak mungkin akan bisa diselesaikan kalau pemerintah kita, TNI, Polri tidak memperlihatkan niat baiknya. Apa itu? Dengan tidak lagi ada tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, itu harus.
Kami selalu terima laporan, orang Papua ini lukanya sudah terlalu dalam, treatment-nya tidak seperti itu. Papua belum ada penyelesaikan sama sekali. Kita minta Presiden segera mengambil upaya-upaya yang betul-betul menyentuh persoalan paling mendasar dari hak orang Papua.
Kemarin ribuan orang di Papua Barat berdemo untuk referendum, bagaimana dengan permintaan mereka untuk referendum?
Ini karena pemerintah tidak pernah responsif terhadap keinginan orang Papua, membiarkan saja aspirasi, hingga semakin liar terus menerus. Apa yang diminta orang Papua, agar pemerintah menggelar dialog tapi yang diberikan lain. Selalu ada miskomunikasi.
Nggak ada pilihan lain, yang pertama, segera Presiden harus ambil tindakan untuk gelar dialog seperti yang diinginkan. Membuka ruang untuk bernegosiasi dengan kelompok OPM, bukan memburunya.
Semua OPM yang kami terima, mereka rata-rata bersedia untuk gencatan senjata, mau menyerahkan senjatanya, tentu ada permintaan-permintaan mereka di sini. Sebab kelompok OPM mau bernegosiasi.
Bagaimana dengan OPM yang dibina kelompok tertentu itu?
Itu dengan sendirinya akan mati kalau OPM-nya sudah punya komitmen. Kalau ada kelompok ini sudah ketahuan siapa yang buat.
Kami sudah pernah ketemu sama Presiden dan meminta upaya dialog dan negosiasi dibuka, tapi belum ada hasilnya. Cepatlah Presiden menggelar dialog.(nwk/nrl)
Sumber; http://www.detiknews.com
Tuesday, August 9, 2011
Ridha Saleh: Tak Cukup Dana Otsus, Papua Butuh Dialog Secepatnya
8/09/2011 09:33:00 PM
Elsham News Service
Related Posts / Artikel Terkait :
Act of Free Choice
- Unconfirmed Reports Of Imminent Major Security Crackdown
- Unsolved West Papua killings hold up development, says legislator
- Papua: Time for Firm U.S. Stand?
- Free West Papua to speak out on Lini Day
- Czech journalist detained, deported from Indonesia
- Terdakwa Makar Papua Dilarang Berobat
- Parlemen Belanda Larang Jual Tank Leopard ke Indonesia
- West Papuan Leaders Face Life In Prison
- Westerse ‘journalist’ op Paoea gearresteerd
- WN Ceko Ditangkap Saat Demo WPNA
- Oknum Brimob Pasok Senjata Illegal
- Satu Orang Pelaku di Papua Tertembak
- DPR Papua Desak Polisi Usut Penembakan Freeport
- 2 Warga Papua Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal
- Pimpinan Gereja dan Masyarakat Papua Harus Bersatu
- Papua to Require Male Circumcision in AIDS Fight
- Papua Butuh Penyelesaian Unik
- W. Papua Cop Discharged for Smuggling Guns
- Dua Pemuda Jadi Korban Pengeroyokan
- Pengamanan Sidang Forkorus Cs Seperti ‘Mau Perang’
- Sekolah Kampung untuk Masa Depan Papua
- Pembangunan Pasar Mama-mama Terkendala Lahan
- Pembangunan Pasar Mama-mama Papua Masih ‘KJ’
- Dewan HAM PBB Pertanyakan HAM RI
- West Papua Report (February 2012)
Dialog
- Pimpinan Gereja dan Masyarakat Papua Harus Bersatu
- Papua Butuh Penyelesaian Unik
- Temui Presiden, Sinode Papua Bahas Perdamaian Papua
- Gereja di Papua Dukung Dialog Damai
- SBY meets with 13 Papuan church leaders
- Aceh Peace Model Stumbles in Troubled Indonesian Papua Region
- Dewan Adat Sesalkan Kekerasan di Papua
- Papuan leader to visit NZ
- Hentikan Pendekatan Militer di Papua
- Forum Akademisi untuk Papua Damai
- Forum Ilmuwan Desak Dialog Jakarta Papua
- Academics call for end to military approach in Papua
- Hillary Goes to Bali: Fear, Disputes and Not That Much Love
- Giliran JDP Siap Gelar Dialog Warga Papua
- Dialog dengan Masyarakat Papua Harus Segera Dilakukan
- Jangan Anggap Remeh Gerakan Intelektual Papua Barat
- Penyelesaian Konflik Papua dengan Dialog
- RI Berusaha Minimalisir Dampak Demo Papua
- Soal Papua, Pemerintah Harus Cantik Berdiplomasi
- Konferensi di Inggris, Papua Bergejolak
- Papuans demand more attention
- Lemhanas to study Papua problem from an anthropologic perspective
- Seminar Papua Barat di Oxford Hanya Media Provokasi
- JDP Dorong Dialog Jakarta—Papua
OPM
- OPM Bantah Anggotanya Tertangkap Polisi
- Diduga Anggota OPM, 13 Warga Papua Ditangkap
- Jakarta needs fresh approach to Papua conflict
- ‘Forgotten’ Papua Waits for Jakarta as Violence Rages on
- Kalau Tak Bisa Ungkap, Kapolda Diminta Mundur !
- Panglima TNI: Biarkan Polisi Usut Kasus Kapten Tasman
- Komandan OPM Kecam Penembakan Warga di Keerom
- Indonesian president needs to reign in rampant military in West Papua
- Dana Otsus Papua Harus Diawasi Ketat
- TNI Lakukan Aksi Spionase di Papua?
- HRW Soal Aksi Mata-mata TNI di Papua
- Kontras: Ada Perlawanan Simbolik di Papua
- Operasi Militer Timbulkan Teror Baru di Papua
- West Papua: Military report confirms desire for freedom
- Gugat Pepera, Syaratnya Harus Negara
- Academics call for end to military approach in Papua
- Ikrar Curigai Peran TNI di Konflik Papua
- Ribuan TNI Diterjunkan di Papua
- Referendum Bisa Ciptakan Konflik Baru
- Pemerintah akan Lakukan Koordinasi Masalah Papua
- Gerakan Baru Papua Merdeka
- Kontras Yakin Parlemen Inggris Tak akan Dukung OPM
- Percepatan Provinsi Papua Tengah jadi Solusi
- Police Call on Densus 88 to Stem Violence
Kekerasan di Papua
- Satu Orang Pelaku di Papua Tertembak
- DPR Papua Desak Polisi Usut Penembakan Freeport
- 2 Warga Papua Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal
- Kalau Tak Bisa Ungkap, Kapolda Diminta Mundur !
- DAP: Jangan Lagi Ada Pembunuhan
- Dewan Adat Sesalkan Kekerasan di Papua
- Hentikan Pembentukan Milisi di Papua
- Panglima TNI: Biarkan Polisi Usut Kasus Kapten Tasman
- Komandan OPM Kecam Penembakan Warga di Keerom
- Hentikan Pendekatan Militer di Papua
- SBY Diminta Copot Kapolda dan Pangdam Cenderawasih
- Pratu Hasirun Divonis 6 Bulan
- Ikrar Curigai Peran TNI di Konflik Papua
- Pengerahan TNI di Papua Tanpa Keputusan Politik
- Anggaran Otsus Papua Tersedot Birokrasi
- Bentrok TNI-OPM, Pengungsi di Papua Belum Tersentuh Bantuan
- Kapolda: Penembakan di Nafri Kriminal Murni
- Police send investigators to Papua
- Menhan: Insiden di Pinai Terkait Politik
- OPM: Kami Tak Bertanggung Jawab Atas Penembakan di Papua
- Mabes Polri Kirim Tim Selidiki Bentrok di Papua
- Panglima TNI: Tak Ada Tambahan Personel di Papua
- Bentrok Pilkada di Papua, Menteri Minta Partai Politik Bertanggung Jawab
- Tangani Papua, Pusat Tonjolkan Pendekatan Ekonomi
TNI
- Parlemen Belanda Larang Jual Tank Leopard ke Indonesia
- Tolak Leopard, Pangdam Cenderawasih Minta Panser
- Hentikan Pembentukan Milisi di Papua
- Panglima TNI: Biarkan Polisi Usut Kasus Kapten Tasman
- 400 TNI Diberangkat ke Papua
- Indonesian president needs to reign in rampant military in West Papua
- SBY Diminta Copot Kapolda dan Pangdam Cenderawasih
- Pratu Hasirun Divonis 6 Bulan
- Operasi Militer Tak Selesaikan Konflik Papua
- Separatisme Papua Makin Mengkawatirkan
- Valens: Militer Tak Memadai Redam Separatisme
- Ikrar Curigai Peran TNI di Konflik Papua
- Ribuan TNI Diterjunkan di Papua
- Pengerahan TNI di Papua Tanpa Keputusan Politik
- Pengerahan TNI Harus Ada Keputusan Politik
- OTK Kembali Beraksi di Abepura
- Minibus Ditembaki Orang Tak Dikenal
- Soal Papua, di Mana Komnas HAM?
- Referendum Bisa Ciptakan Konflik Baru
- Cegah Separatis Papau Dipecah Jadi Empat Provinsi
- Pemerintah akan Lakukan Koordinasi Masalah Papua
- TNI Angkatan Darat Bentuk Tiga Divisi Baru
- Kasad: Pendekatan Militer untuk Hadapi OPM
- Atasi Rusuh Papua, Ini Strategi Lemhanas