Tuesday, September 13, 2011

Dokter Spesialis Enggan Mengabdi di Merauke


MERAUKE, KOMPAS.com - Akibat minimnya fasilitas dan tunjangan kesejahteraan, dokter-dokter spesialis selama ini enggan mengabdikan diri di Merauke , Provinsi Papua. Padahal, wilayah paling Timur di Indonesia itu membutuhkan banyak tenaga dokter spesialis.

Kepala Dinas Kesehatan Merauke, Stevanus E Osok, di Merauke, Senin (12/9/2011), menuturkan, dokter spesialis sering tidak bertahan lama bekerja di rumah sakit di Merauke, karena dukungan kesejahteraan bagi mereka masih kurang.

"Seringkali, dokter spesialis membandingkan tingkat kesejahteraan yang diperolehnya dengan rekan mereka yang bekerja di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Padahal, Merauke membutuhkan dokter-dokter spesialis untuk menangani penyakit-penyakit berat yang selama ini tidak mampu ditangani di Merauke, sehingga harus dirujuk ke luar daerah. Kalau ada penawaran dengan penghasilan atau kesejahteraan yang lebih baik, mereka langsung pindah," katanya.

Disamping itu, dokter spesialis tidak betah dan enggan bertugas di Merauke, karena tidak mendapat dukungan situasi kerja yang profesional di kota itu. Dokter-dokter spesialis sering mengeluhkan, ketiadaan alat-alat medis modern untuk menunjang kinerja mereka. Akibatnya, dokter spesialis tidak bisa bekerja optimal.

Hal ini terjadi, karena RSUD Merauke hanya rumah sakit tipe C, sehingga alat-alat medis yang dimilikinya sangat terbatas.

"Mereka sekolah menjadi dokter spesialis, dan  biasa belajar praktik dengan alat-alat canggih. Saat sampai di Merauke mereka dipaksa keadaan downgrade. Mereka tidak didukung peralatan medis yang standar sesuai bidang dan kemampuan mereka, dan tidak didukung mitra-mitra yang profesional. Mereka merasa tidak nyaman," kata Stevanus.

Stevanus mengakui, tenaga kesehatan seperti perawat yang bertugas di Merauke kemampuannya belum seprofesional di rumah sakit-rumah sakit besar dan modern, sehingga tidak mampu mendukung optimal kinerja dokter spesialis.

Di RSUD Merauke saat ini hanya ada delapan dokter spesialis yakni kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak, THT, dan anestesi.

Menurut Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke, Adolf J Bolang, dokter spesialis yang hendak direkrut selalu meminta beberapa syarat seperti fasilitas mobil, gaji besar, jatah perjalanan dinas, dan fasilitas untuk ikut simposium dan seminar kedokteran. Kemampuan RSUD untuk membe ri fasilitas tersebut hingga kini terbatas.

"Sejumlah dokter pun tidak mau diikat sebagai dokter tetap. Untuk kebutuhan ikut simposium itu dananya tidak lagi rupiah tetapi dollar," katanya.

Sumber; http://regional.kompas.com