Thursday, April 1, 2010

Kampanye Stop HIV/AIDS di Pantai MAF Dipadati Ratusan Siswa

NABIRE – Penularan HIV/AIDS saat ini sudah tingkat parah. Entah rakyat jelata ataupun pegawai, kaya miskin, tua muda, laki-laki perempuan, dia tembus semua strata sosial. Di Tanah Papua, penyebarannya rata-rata melalui hubungan seks yang tidak sehat.

Free sex (seks bebas) dengan pola gonta-ganti pasangan menjadi pemicu utama meningkatnya angka penghidap virus mematikan itu.

Memang, berbagai upaya penanggulangan sudah dan masih gencar dilakukan pemerintah, lembaga swasta (LSM) serta pihak-pihak yang peduli dengan HIV dan AIDS. Namun di saat yang sama, jumlah penderitanya terus saja meningkat tajam.

Solusi awal dan paling pokok adalah kesadaran akan bahaya penyakit yang satu ini. Dengan adanya kesadaran, setiap orang dituntut membentengi diri dengan hidup sehat dan mengandalkan ajaran Tuhan.

“Mencegah agar tidak terkena HIV/AIDS, kita jangan berani mencoba-coba melakukan hubungan badan di luar nikah,” demikian satu penegasan pada saat Kampanye STOP HIV/AIDS, Sabtu (27/3) di Pantai MAF Nabire.

Banyak pesan moral yang disampaikan pada Kampanye STOP HIV/AIDS yang dihadiri ratusan siswa-siswi se-Kota Nabire. Tampak anak-anak sekolah berjubel mengikuti kampanye yang dilaksanakan oleh Poliklinik Santo Rafael Nabire dan Pemuda Indonesia Lawan Aids (PILA) Nabire. Tak terkecuali orang dewasa atau orang tua juga antusias mengikuti kampanye tersebut.

Pesan moral pada intinya berupa ajakan untuk mewanti-wanti setiap insan menjaga diri agar tidak terkena HIV/AIDS. Karena itu, muncul tekad bersama melawan virus mematikan ini. Untuk melawan HIV/AIDS bukan harus mengucilkan orang-orang yang terlanjur kena virus ini atau lazim disebut Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Intinya, “Hindari infeksinya, bukan ODHAnya”.

Ditegaskan pada kampanye, pencegahan harus dimulai dari diri pribadi, kemudian beranjak pada keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan begitu upaya pencegahan dan penanggulangan akan berhasil.

Kaum remaja rentan dengan pergaulan bebas, karenanya kampanye dimulai dari sekarang. Pencegahan dini memang lebih penting ketimbang setelah terlanjur tertular virus mematikan itu. Setiap orang, termasuk kalangan remaja, wajib membendung diri dari serangan HIV/AIDS. Maka, dari sini, dari Nabire, kita lawan penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua.

Banyak pesan moral dikemukakan para narasumber saat ceramah dan dari penggagas kampanye STOP HIV/AIDS. Menariknya, komitmen memberantas penyakit ini diwujudkan dengan menandatangani sebuah kain panjang berwarna putih yang dipasang di sebuah trek. Semua peserta kampanye membubuhkan tanda tangan sebagai bukti dukungan dan komitmennya.

Masing-masing perwakilan sekolah serta organisasi kepemudaan seperti OMK (Orang Muda Katolik) Paroki Kristus Sahabat Kita dan Paroki Kristus memajang pamflet yang bertuliskan komitmen mereka memberantas HIV/AIDS di Tanah Papua, khususnya di Kabupaten Nabire.

Misalnya pada pamflet yang dipajang OMK Paroki KR tertera: “Kita peduli! Kita bisa sebarkan pesan yang benar tentang HIV/AIDS. Ko tra bisa kena AIDS kalo ko tra hubungan seks di luar nikah. Ingin sehat, bergabunglah di kelompok usia lanjut. Tujuan mulia ‘sehat di usia lanjut tetap produktif dan mandiri’. Segera hubungi tempat VCT terdekat!”

Beberapa siswa mengaku tertarik dengan pesan-pesan moral pada kampanye kali ini. “HIV dan AIDS kan berbahaya sekali, seperti tadi dikatakan oleh Pater dan Ibu Dokter, jadi kami harus jaga diri,” kata seorang siswi.

Mereka melihat fakta belakangan di Nabire cukup mengkhawatirkan. Banyak anak muda terlibat mabuk-mabukan dan melakukan pelacuran bebas. Hal itu sangat berpotensi kena penyakit kelamin yang pada akhirnya bisa mempercepat terhidap HIV.

Peserta kampanye rata-rata mengenakan pakaian khusus berwarna kuning dan sebagian kecil lagi berwarna putih. Pada pakaian tertulis “STOP HIV/AIDS, Get Tested”, “STOP HIV/AIDS, No Miras, No Drugs, No Free Sex”.

Kampanye diakhiri dengan pembagian hadiah kepada peserta yang hadir. (you)

Source: Harian Papua Pos Nabire