Friday, August 12, 2011

37 Titik Air Di Timika Tercampur Mercury

JUBI --- Warga Mimika tampaknya akan berada dalam bahaya serius dalam jangka hidupnya kedepan jika tidak ditanggunglangi dengan sarana air bersih dan sehat, sebab dari pengambilan sampel air pada 37 titik di Kota Mimika terindikasi telah tercampur mercury (air raksa) yang dapat merusak kesehatan.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Mimika, Decky Tenouye, sekaligus menjelaskan hasil tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan pihaknya bekejasama dengan Lembaga Penelitian Pengabdian Masayarakat (LPPM) Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.
“Melalui hasil data di RSUD dan Rumah Sakit Caritas, dimana masyarakat banyak mengalami gangguan kandungan dan gatal-gatal. Kalau pagi airnya kuning dan sore air berwarna seperti teh, sehingga kami bekerja sama dengan UKI Jakarta, mengadakan pengambil sampel air dua kali dari Distrik Kuala Kencana – Distrik Ayuka, ternyata airnya sudah tercemar Mercury setelah diperiksa di laboratorium,” ujar Dereck Tenouye, kepada pers di Timika, Selasa (9/8).
Dijelaskan, penelitian ini berawal dari keluhan masyarakat seperti gatal-gatal pada kulit, kulit terasa panas dan sakit kepala, selain itu ada perubahan warna air pada sumur-sumur secara visual dapat dilihat perubahan warnanya misalnya kuning pada pagi hari dan berubah warna siang hari, kotor dan berbau.

“Pada tahun 2010 Kadim Mimika mengajukan permohonan kepada LPPM UKI untuk melakukan penelitian pada sumur-sumur di Timika, lau pada bulan Oktober 2010 dilakuka penelitian tersebut dengan unsure yang diteliti Pb, Zn, Cu, Hg dan As,” paparnya.
Dari hasil penelitian, katanya, 37 sampel ditemukan konsentrasi Hg yang melebihi batas ambang yang diperbolehkan menurut peraturan menteri kesehatan tentang air minum dan air bersih.
“Didapati ada beberapa unsur, namun kadar mercury (Hg) yang lebih menonjol dibandingkan unsure-unsur lain, sehingga pembahasan ini lebih banyak ditekankan pada pencemaran merkuri pada air,” tuturnya.

Dikatakan, Penelitian observasional analitik dengan pendekatan silang serta menggunakan metode pemeriksaan laboratorium dengan spektofometri ASS dan hasilnya dianalisi secara statistic SPSS.
“Adapun 37 sampel titik air yang diambil teradapat pada empat distrik, yakni Distrik Kuala Kencana, Mimika Baru, Mapuru Jaya dan Distrik Ayuka dengan tiga kelurahan masing-masing Kelurahan Kwamki Narama, Kwamki Baru dan Kelurahan Sempan diKota Timika,” ungkapnya.

Pihaknya meminta PT. Freport Indonesia agar tidak tinggal diam dengan masalah ini serta Pemerintah kabupaten Mimika, tetapi harus mencari solusi dalam rangka pengadaan air bersih bagi masyarakat.
“Kami minta Pemda Mimika dan PTFI untuk duduk membuat nota kesepahaman (MOU) bersama Kadin Mimika, guna membuat kesepakatan dalam pengadaaan air bersih bagi masyarakat, sehingga warga bisa terhidar dari bahaya Mercuri yang sudah tersebar didalam masyarakat lewat air sumur yang sering digunakan,” pesannya.

Pengunaan Mercury (air raksa) merupakan unsur kimia yang mampu memisahkan logam emas dengan bahan lainnya. Sehingga memudahkan proses pemisahaan hasil galian berupa logam emas dengan unsur lainnya. Namun sayangnya, air raksa pada dosis tertentu mampu merusak kehidupan alam sekitarnya. Seperti rusaknya lahan hutan dan tanaman di Mile 32, dekat area bocoran saluran Pipa hasil penambangan PTFI sejak tahun 2005/2006 lalu (J/05)

Sumber; http://tabloidjubi.com